Kelenjar
pineal adalah suatu bagian kecil di dalam otak yang bertanggung jawab atas
efisiensi fungsi dari beberapa sistem metabolisme di dalam tubuh. Oleh sebagian
orang, kelenjar ini diberi tautan simbolik dengan apa yang disebut sebagai “mata ketiga”.
Kelenjar
ini panjangnya hanya sekitar 7 milimeter dan terletak hampir di bagian tengah
otak, di antara otak kanan dan otak kiri. Kelenjar ini bertanggung jawab
menghasilkan sebuah hormon yang bernama melatonin, yang berfungsi untuk
mengatur ritme harian tubuh. Ketika retina mata terstimulasi oleh cahaya,
impuls dikirim ke saraf optik menuju bagian otak yang disebut hipotalamus. Dari
sini, saraf simpatetik berhubungan dengan kelenjar pineal dan memicu
diproduksinya melatonin. Hasilnya adalah ketika tidak ada cahaya yang mencapai
mata, misalnya pada malam hari, sinyal-sinyal ini tidak lagi menghambat
produksi melatonin dan kemudian menyuruh tubuh untuk tidur.
Melatonin
pertama kali berhasil diisolasi pada tahun 1958 oleh seorang profesor dermatology yang bernama Aaron
B. Lerner. Senyawa ini menjadi sangat populer sebagai suplemen dan
disarankan sebagai penyembuh jet lag
dan kelainan tidur lainnya. Sementara berbagai kondisi seperti kelainan yang
berhubungan dengan musim, mungkin juga berhubungan dengan tingakat produksinya
di otak.
Seperti
banyak aspek anatomi lainnya, deskripsi pertama mengenai kelenjar pineal
diberikan oleh seorang dokter dan filosuf Yunani bernama Galen yang hidup pada
tahun 130-210 M. Galen pula yang menjelaskan bahwa kelenjar itu mendapatkan
namanya dari buah pinus yang berbentuk kerucut, yaitu Pinus pinea dalam Bahasa Latin, karena kemiripan penampilannya.
Menurutnya, fungsi kelenjar itu adalah mendukung pembuluh darah dan dia
mengabaikan pendapat lain jika kelenjar itu mengatur arus yang disebut sebagai
pneuma psikis di dalam otak.
René
Descartes, filosuf Perancis abad ke-17, percaya bahwa kelenjar pineal adalah
tempat roh berada. Descartes menulis pada bulan Desember 1640:
“Karena hanya
kelenjar itu yang merupakan bagian padat di dalam otak, bagian itu mestinya
tempat nalar berada, tempat pikiran berada, dan konsekuensinya tempat jiwa
berada; karena yang satu tidak bisa dipisahkan dari yang lain”.
Descartes
juga menjelaskan,
“Menurut saya,
kelenjar ini adalah tempat utama jiwa berada, dan tempat semua pikiran kita
terbentuk”.
Kelenjar pineal menarik perhatian Madame Helena Blavatsky, seorang
penulis esoterik dan pendiri Theosophical Society pada tahun 1875. Dia
menautkan “Mata Siwa”, atau mata ketiga, dengan kelenjar itu. Dia berpendapat
bahwa kelenjar
pineal di dalam diri manusia modern adalah versi sampingan dari sebuah organ visi spiritual.
Dalam
sebagian hewan kelompok pinealosit, sel-sel dari kelenjar pineal berbentuk
sangat mirip dengan sel-sel fotoreseptor yang ada di mata, dan berbagai fosil
makhluk bertulang belakang awal ditemukan memiliki bukaan pineal yang semakin
mendukung pandangan jika kelenjar ini adalah mata ketiga.
Kelenjar
pineal diasosiasikan dengan chakra
keenam atau anja chakra, yang disebut
sebagai mata ketiga. Dalam ajaran bangsa India, chakra ini dikenal sebagai gyananakashu,
mata pengetahuan, dan banyak penganut Hindu memberi tanda di antara kedua alis
mereka sebagai pengakuan atas hal ini. Bangsa Mesir Kuno mengenakan ureus, atau ikat kepala berbentuk ular
kobra, di bagian tengah kening mereka, mengungkap kepercayaan mereka bahwa ada
sesuatu yang mirip dengan mata ketiga.[]
No comments:
Post a Comment