Monotesime
adalah sebuah konsep kepercayaan dimana diakui hanya ada Satu Tuhan Sejati.
Seperti yang dipraktikkan oleh Agama Ibrahim, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam,
meskipun saat ini hanya Islam-lah satu-satunya Agama Ibrahim yang masih
memegang teguh monoteisme, sedangkan tradisi Yudæo-Kristen telah menyimpang
jauh dari kepercayaan kepada Satu Tuhan.
Meskipun
demikian, akar monoteistik sudah ada jauh sebelum masa Ibrahim. Zoroastrianisme
yang didirikan oleh Zoroaster dari Persia sekitar 1000 tahun sebelum masehi,
memiliki kepercayaan inti kepada satu tuhan bersosok dewa matahari yang dikenal
sebagai Ahuramazda. Zoroastrianisme memiliki pengaruh besar pada Yudaisme, yang
pada gilirannya membentuk Kristen.
’Allamah
Muhammad Iqbal, seorang filosuf dan penyair Pakistan, mengawali bukunya yang
berjudul The Development of Metaphysics in Persia, dengan kisah tentang
Zoroaster. Iqbal memperkenalkan Zoroaster dalam uraian berikut:
“Kepada Zoroaster, orang bijak dari Iran pada zaman
dahulu, harus selalu diberikan tempat pertama dalam sejarah bangsa Aria Iran
yang, karena telah menempuh pengembaraan yang terus-menerus, duduk dalam
kehidupan bertani pada saat himne-himne Veda masih disusun di dataran Asia
Tengah”.
Iqbal
juga menunjukkan bahwa Zoroaster mewarisi dua prinsip fundamental dari
leluhurnya bangsa Aria, yaitu bahwa ada hukum alami dan ada konflik alami. Hal
ini adalah pengamatan atas hukum dan konflik dalam panorama kehidupan yang luas
yang datang untuk mendasari fondasi filosofis sistem Zoroaster. Masalah itu
baginya adalah untuk mendamaikan keberadaan kejahatan dengan kebaikan Tuhan
yang abadi. Para pendahulunya memuja sebuah pluralitas ruh kebaikan, yang dia
reduksi ke dalam sebuah kesatuan yang disebut Ahuramazda. Di sisi lain, dia mereduksi
semua kekuatan kejahatan ke dalam sebuah kesatuan yang sama yang disebut
Druj-Ahrimann. Dengan begitu, melalui sebuah proses penggabungan, dia sampai
pada dua prinsip fundamental, yang dia amati bukan sebagai dua aktivitas yang
mandiri, tetapi sebagai dua bagian atau dua aspek dari Wujud Utama. Dengan
demikian, Zoroaster secara teologis merupakan seorang monoteis, tetapi secara
filsafat, dia adalah seorang dualis. Untuk mempertahankan bahwa ada dua ruh
pencipta realitas dan non realitas yang kembar, dan pada saat yang sama
berpandangan bahwa kedua ruh itu menyatu dalam Wujud Tertinggi, sebenarnya dia
ingin mengatakan bahwa prinsip kejahatan merupakan bagian dari Tuhan yang
sangat esensial; dan konflik antara kebaikan dan kejahatan tidak lebih daripada
perjuangan Tuhan melawan diri-Nya. Oleh karena itu, terdapat suatu kelemahan
inheren di dalam usahanya untuk mendamaikan monoteisme teologis dengan dualisme
filosofis, dan hasilnya adalah sebuah perpecahan di kalangan para pengikutnya.
Pada satu bagian yang disebut Zendiks, kebebasan masing-masing dari
dua ruh asli itu dari yang lainnya dipertahankan. Sementara itu, di dalam
bagian lain yang disebut Magi,
kesatuannya dipertahankan.
Usia
Zoroastrianisme yang sebenarnya tidak diketahui secara pasti, tetapi mungkin
kalah tua daripada iman monoteistik lainnya, yang dimiliki Akhenaten di Mesir
Kuno. Di bawah Firaun Akhenaten, bangsa Mesir Kuno menyembah Aten, sang
Matahari. Atenisme adalah agama yang berumur singkat dan hanya berkembang
selama masa hidup Amenhotep IV, yang kemudian mengganti namanya menjadi
Akhenaten, dipandang telah melakukan bid’ah menurut tradisi Mesir Kuno.
Ketika
dia wafat pada sekitar tahun 1355 SM, agama itu mati bersamanya. Namun,
catatan mengenai Atenisme masih ada sampai
sekarang, bersama sebuah teks yang sekarang dikenal sebagai “Himne Agung Untuk
Aten” ditemukan di Amarna, kota yang dibangun oleh Akhenaten untuk menghormati
dewanya.
Betapa berlimpahnya yang telah kau ciptakan!
Semuanya tersembunyi dari hadapan manusia.
Oh, Tuhan Yang Esa, yang tiada bandingnya!
Kau ciptakan dunia sesuai keinginanmu . . .
Apakah
“Himne Agung Untuk Aten” benar-benar sebuah referensi terawal bagi penyembahan
kepada Satu Tuhan masih diperdebatkan oleh para ahli, tetapi yang pasti adalah
monoteisme merupakan sebuah konsep kuno.[]
No comments:
Post a Comment