Pages

Saturday, February 23, 2013

SEJARAH MONOTEISME


Monotesime adalah sebuah konsep kepercayaan dimana diakui hanya ada Satu Tuhan Sejati. Seperti yang dipraktikkan oleh Agama Ibrahim, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam, meskipun saat ini hanya Islam-lah satu-satunya Agama Ibrahim yang masih memegang teguh monoteisme, sedangkan tradisi Yudæo-Kristen telah menyimpang jauh dari kepercayaan kepada Satu Tuhan.
Meskipun demikian, akar monoteistik sudah ada jauh sebelum masa Ibrahim. Zoroastrianisme yang didirikan oleh Zoroaster dari Persia sekitar 1000 tahun sebelum masehi, memiliki kepercayaan inti kepada satu tuhan bersosok dewa matahari yang dikenal sebagai Ahuramazda. Zoroastrianisme memiliki pengaruh besar pada Yudaisme, yang pada gilirannya membentuk Kristen.
’Allamah Muhammad Iqbal, seorang filosuf dan penyair Pakistan, mengawali bukunya yang berjudul The Development of Metaphysics in Persia, dengan kisah tentang Zoroaster. Iqbal memperkenalkan Zoroaster dalam uraian berikut:
“Kepada Zoroaster, orang bijak dari Iran pada zaman dahulu, harus selalu diberikan tempat pertama dalam sejarah bangsa Aria Iran yang, karena telah menempuh pengembaraan yang terus-menerus, duduk dalam kehidupan bertani pada saat himne-himne Veda masih disusun di dataran Asia Tengah”.
Iqbal juga menunjukkan bahwa Zoroaster mewarisi dua prinsip fundamental dari leluhurnya bangsa Aria, yaitu bahwa ada hukum alami dan ada konflik alami. Hal ini adalah pengamatan atas hukum dan konflik dalam panorama kehidupan yang luas yang datang untuk mendasari fondasi filosofis sistem Zoroaster. Masalah itu baginya adalah untuk mendamaikan keberadaan kejahatan dengan kebaikan Tuhan yang abadi. Para pendahulunya memuja sebuah pluralitas ruh kebaikan, yang dia reduksi ke dalam sebuah kesatuan yang disebut Ahuramazda. Di sisi lain, dia mereduksi semua kekuatan kejahatan ke dalam sebuah kesatuan yang sama yang disebut Druj-Ahrimann. Dengan begitu, melalui sebuah proses penggabungan, dia sampai pada dua prinsip fundamental, yang dia amati bukan sebagai dua aktivitas yang mandiri, tetapi sebagai dua bagian atau dua aspek dari Wujud Utama. Dengan demikian, Zoroaster secara teologis merupakan seorang monoteis, tetapi secara filsafat, dia adalah seorang dualis. Untuk mempertahankan bahwa ada dua ruh pencipta realitas dan non realitas yang kembar, dan pada saat yang sama berpandangan bahwa kedua ruh itu menyatu dalam Wujud Tertinggi, sebenarnya dia ingin mengatakan bahwa prinsip kejahatan merupakan bagian dari Tuhan yang sangat esensial; dan konflik antara kebaikan dan kejahatan tidak lebih daripada perjuangan Tuhan melawan diri-Nya. Oleh karena itu, terdapat suatu kelemahan inheren di dalam usahanya untuk mendamaikan monoteisme teologis dengan dualisme filosofis, dan hasilnya adalah sebuah perpecahan di kalangan para pengikutnya.
 Pada satu bagian yang disebut Zendiks, kebebasan masing-masing dari dua ruh asli itu dari yang lainnya dipertahankan. Sementara itu, di dalam bagian lain yang disebut Magi, kesatuannya dipertahankan.
Usia Zoroastrianisme yang sebenarnya tidak diketahui secara pasti, tetapi mungkin kalah tua daripada iman monoteistik lainnya, yang dimiliki Akhenaten di Mesir Kuno. Di bawah Firaun Akhenaten, bangsa Mesir Kuno menyembah Aten, sang Matahari. Atenisme adalah agama yang berumur singkat dan hanya berkembang selama masa hidup Amenhotep IV, yang kemudian mengganti namanya menjadi Akhenaten, dipandang telah melakukan bid’ah menurut tradisi Mesir Kuno.
Ketika dia wafat pada sekitar tahun 1355 SM, agama itu mati bersamanya. Namun, catatan  mengenai Atenisme masih ada sampai sekarang, bersama sebuah teks yang sekarang dikenal sebagai “Himne Agung Untuk Aten” ditemukan di Amarna, kota yang dibangun oleh Akhenaten untuk menghormati dewanya.
Betapa berlimpahnya yang telah kau ciptakan!
Semuanya tersembunyi dari hadapan manusia.
Oh, Tuhan Yang Esa, yang tiada bandingnya!
Kau ciptakan dunia sesuai keinginanmu . . .
Apakah “Himne Agung Untuk Aten” benar-benar sebuah referensi terawal bagi penyembahan kepada Satu Tuhan masih diperdebatkan oleh para ahli, tetapi yang pasti adalah monoteisme merupakan sebuah konsep kuno.[]

No comments:

Post a Comment