Pages

Saturday, February 23, 2013

NEWTON MEMBANTAH TRINITARIANISME


Sir Issac Newton (25 Desember 164220 Maret 1727) adalah seorang ilmuwan polimath[1] asal Inggris yang mendalami fisika, matematika, astronomi, filsafat alam, alkemi, dan teologi, yang oleh sebagian orang didaulat sebagai “ilmuwan paling besar dan paling berpengaruh di sepanjang zaman”. Dalam monografnya yang sangat terkenal “Philosophiæg Naturalis Principia Mathematica”, yang dipublikasikan pada tahun 1687, memaparkan dasar bagi sebagian besar mekanika klasik. Dalam karyanya ini, Newton menjelaskan hukum gravitasi universal dan tiga hukum tentang gerakan, yang mendominasi pandangan ilmiah terhadap dunia fisik selama tiga abad berikutnya. Newton menunjukkan bahwa gerakan dari sebuah objek di bumi dan objek di luar angkasa diatur oleh hukum fisika yang sama, dengan mendemonstrasikan konsistensi antara Hukum Kepler tentang gerakan planet dan teori garvitasi yang diusulkannya, yang lantas menghilangkan keraguan terakhir mengenai paham heliosentrisme.
Sebagai seorang Kristen yang taat, Newton tak kalah bersemangatnya untuk menjauhkan Kristen dari misteri, seperti para ilmuwan religius di zamannya. Titik berangkatnya adalah dari mekanika, bukan matematika, karena seorang ilmuwan harus belajar menggambar sebuah lingkaran secara akurat sebelum dia dapat mempelajari geometri. Jika Rene Descartes (1596-1650), ilmuwan Katolik yang lebih awal dari Newton, menemukan bukti dengan urutan diri, Tuhan, dan alam, Newton justru mengawalinya dengan upaya menjelaskan alam fisik, yang di dalam sistemnya Tuhan merupakan bagian yang esensial.
Principia secara umum dianggap sebagai salah satu buku sains alam semesta terpenting yang pernah ditulis. Dalam karya ini, Newton ingin menggambarkan hubungan antara berbagai benda langit dan bumi secara matematis untuk memperoleh sebuah sistem yang koheren dan komprehensif. Gaya gravitasi, yang diperkenalkan Newton, mempersatukan komponen-komponen yang membentuk sistemnya. Penemuan Newton tentang gravitasi diserang oleh beberapa ilmuwan yang menuduh Newton kembali pada gagasan Aristoteles tentang daya tarik materi. Pandangan tersebut dinilai tidak sejalan dengan gagasan Protestan tentang kekuasaan mutlak Tuhan. Newton menolak hal ini: Tuhan yang berdaulat berkedudukan sentral di dalam seluruh sistem yang dibangunnya, karena tanpa adanya Mekanik ilahiah seperti itu sistem tersebut tidak akan pernah ada.
Newton tidak tertarik untuk mengkaji misteri, yang dipersamakannya dengan kebodohan dan takhayul. Dia sangat berkeinginan untuk membersihkan Kristen dari  hal-hal yang berbau mukjizat, meski itu membuatnya bertentangan dengan doktrin krusial seperti ketuhanan Yesus. Selama tahun 1670-an, dia memulai sebuah studi teologis serius tentang doktrin Trinitas dan tiba pada kesimpulan bahwa doktrin itu diselundupkan ke dalam Gereja oleh Athanasius untuk mencari muka orang-orang pagan yang baru menganut Kristen. Arius adalah pihak yang benar: Yesus pasti bukan Tuhan, dan bagian-bagian Perjanjian Baru yang dipakai untuk “membuktikan” kebenaran doktrin Trinitas dan Inkarnasi adalah palsu. Athanasius dan kawan-kawannya telah membuat dan menambahkan bagian-bagian itu ke dalam kanon kitab suci, agar mendukung fantasi-fantasi primitif kasar yang menarik massa. Menghilangkan omong-kosong ini dari Kristen menjadi obsesi Newton. Pada awal 1680-an, beberapa waktu menjelang penerbitan Principia, Newton mulai mengerjakan sebuah risalah yang dia sebut The Philosophical Origins of Gentile Theology. Risalah ini berpendapat bahwa Nabi Nuh telah menegakkan agama primordial, sebuah teologi non-Yahudi, yang bebas dari takhayul dan mengajarkan penyembahan rasional terhadap satu Tuhan. Satu-satunya perintah adalah mencintai Tuhan dan mencintai tetangga. Manusia diperintahkan untuk berkontemplasi tentang Alam, satu-satunya kuil bagi Tuhan yang agung. Generasi- generasi berikutnya telah merusak agama murni ini, dengan cerita-cerita tentang mukjizat dan dongeng-dongeng. Sebagian di antara mereka terpuruk kembali ke dalam penyembahan berhala dan takhayul. Namun, Tuhan telah mengirimkan nabi-nabi untuk meluruskan jalan mereka. Pythagoras telah mempelajari agama ini dan membawanya ke Barat. Yesus adalah salah seorang di antara para nabi itu yang diutus untuk menyerukan manusia agar kembali kepada kebenaran, tetapi agama murni Yesus telah dirusak oleh Athanasius dan kelompoknya. Kitab Wahyu telah meramalkan bangkitnya Trinitarianisme ini, “agama asing dari Barat,” “kultus terhadap tiga Tuhan yang setara”, sebagai pembinasa keji.[]


[1] Orang yang mempelajari dan menguasai berbagai cabang ilmu yang berbeda

No comments:

Post a Comment